IMG-LOGO

IMG
Home Advertorial Longsor di Proyek Terowongan Samarinda, DPRD Kaltim Desak Evaluasi Keselamatan Menyeluruh
advertorial | DPRD Kaltim

Longsor di Proyek Terowongan Samarinda, DPRD Kaltim Desak Evaluasi Keselamatan Menyeluruh

Mikhail - 22 Mei 2025 22:30 WITA

Longsor di Proyek Terowongan Samarinda, DPRD Kaltim Desak Evaluasi Keselamatan Menyeluruh

Ancaman longsor di proyek terowongan strategis Samarinda memicu kekhawatiran serius. Insiden terbaru di mulut terowongan yang menghubungkan Jalan Sult...

IMG
Cuaca ekstrem ini tak hanya menimbulkan genangan dan banjir di sejumlah titik, tapi juga memicu tanah longsor di lereng inlet tunnel (terowongan), Jalan Sultan Alimuddin. (ist)

POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Ancaman longsor di proyek terowongan strategis Samarinda memicu kekhawatiran serius.


Insiden terbaru di mulut terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin dan Jalan Kakap mengangkat kembali pertanyaan besar soal keamanan proyek senilai Rp395,9 miliar itu.

Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Subandi, menyerukan evaluasi total terhadap aspek teknis dan keselamatan proyek.


Ia menilai peristiwa longsor tersebut tak bisa dianggap sepele, mengingat potensi bahaya bagi pekerja dan warga sekitar.

“Ya, dengan adanya longsor di dekat area mulut terowongan Samarinda, kita tentu sangat prihatin. Mudah-mudahan tidak ada dampak yang tidak diinginkan,” ujar Subandi, Kamis (22/5/2025).

Ia mendesak pemerintah kota bersama pelaksana proyek segera mengkaji ulang struktur tanah dan sistem pengamanan di lokasi, termasuk kesiapan menghadapi cuaca ekstrem dan kondisi geografis rawan longsor.

“Saya berharap tim teknis benar-benar memperhatikan kondisi geografis dan struktur tanah. Harus dikaji secara saksama dan menyeluruh,” tegasnya.

Subandi juga menekankan pentingnya pemetaan titik-titik rawan longsor di area proyek.


Menurutnya, langkah antisipatif harus diambil sebelum muncul bencana lanjutan.

“Tim perlu segera mengidentifikasi area mana saja yang rawan longsor, dan mengambil tindakan sebelum kejadian serupa terulang. Ini penting untuk menjaga keselamatan semua pihak yang terlibat,” katanya.

Sebagai proyek yang diharapkan mampu mengurai kemacetan di kawasan Gunung Manggah, pembangunan terowongan ini memang membawa harapan besar.


Namun, insiden longsor tersebut justru mengungkap lemahnya sistem pengawasan dan potensi kelalaian teknis.

“Ini proyek besar, nilainya hampir Rp400 miliar. Maka jangan sampai ada kompromi terhadap aspek keselamatan. Pengawasan harus ditingkatkan, tidak bisa hanya mengandalkan laporan semata,” ucapnya.

Subandi juga meminta agar kajian geoteknik dan sistem drainase dikaji ulang, mengingat faktor curah hujan tinggi bisa mempercepat kerentanan tanah.

“Salah satu yang perlu dicek ulang adalah kajian geoteknik, apakah stabilitas tanah sudah diperhitungkan dengan baik, termasuk sistem drainasenya. Karena air yang terperangkap bisa memicu longsor,” jelasnya.

Meski mengkritik aspek keselamatan, Subandi tetap menyatakan dukungannya terhadap kelanjutan proyek, selama dilakukan dengan evaluasi menyeluruh dan pengawasan ketat.

“Kita mendukung proyek ini karena manfaatnya besar untuk publik. Tapi harus dengan pengawasan ekstra dan keseriusan dari semua pihak. Jangan sampai pembangunan malah menimbulkan bencana baru,” pungkasnya. (adv)