Rencana pemerintah untuk berhenti impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura turut mendapat tanggapan dari Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno.Diketah...
POJOKNEGERI.COM - Rencana pemerintah untuk berhenti impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura turut mendapat tanggapan dari Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno.
Diketahui, pemerintah berencana untuk beralih impor BBM dari Timur Tengah dan AS.
Eddy menilai langkah ini harus didahului dengan riset keekonomian yang detail dan terbukti memberikan keuntungan bagi Indonesia dibandingkan dengan impor dari Singapura.
"Perlu riset lebih lanjut tentang apakah spesifikasi di Timur Tengah dan AS sesuai dengan yang dibutuhkan dan harga akhir impor sampai ke pembeli tetap kompetitif dengan pasokan yang terjamin," ujar Eddy, Senin (12/5/2025).
Lebih lanjut ia berharap upaya mengalihkan impor ini dapat diimbangi dengan upaya mempercepat transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan.
"Rencana pengalihan impor BBM ini sebaiknya dibarengi dengan percepatan pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT), serta transformasi sektor hilir energi agar lebih efisien dan ramah lingkungan," ungkapnya
"Ini bukan hanya soal mengganti pasokan dari luar dengan produksi dalam negeri, tetapi juga soal mengarahkan energi kita ke sumber yang lebih bersih. Kita tidak bisa terus menerus bergantung pada energi fosil di saat dunia bergerak ke arah dekarbonisasi," imbuhnya.
Eddy yang juga Doktor Ilmu Politik UI ini pun mendorong pemerintah untuk segera mempercepat pembangunan dan modernisasi kilang dalam negeri, memberikan insentif bagi pengembangan energi hijau, serta memastikan roadmap transisi energi yang jelas dan inklusif.
"Target bauran energi terbarukan tahun ini adalah 19 persen. Perlu komitmen kuat untuk pada akhirnya mencapai NZE di tahun 2060 mendatang, Diantara yang saya selalu sampaikan adalah elektrifikasi sektor transportasi baik publik maupun pribadi dan elektrifikasi rumah tangga, khususnya untuk menghapus ketergantungan kita terhadap impor LPG yang digunakan untuk memasak," paparnya.
"Menambah armada bus umum listrik dan memperluas wilayah operasinya akan semakin mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum," lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana untuk menyetop impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura.
Rencana ini diungkapkan Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025) kemarin.
Bahlil mengatakan saat ini RI mengimpor BBM dari Singapura sekitar 54-59% dari total impor BBM. Pertimban gan menyetop impor BBM dari singapuran ini kata Bahlil lantaran harga beli BBM dari negara tersebut dinilai sama dengan harga beli di kawasan Timur Tengah. Hal ini diketahuinya setelah dilakukan evaluasi terhadap pengadaan impor energi. "Impor BBM kita 54-59% itu berasal dari negara tetangga kita (Singapura). Setelah saya cek kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya kalau begitu, kita mulai berpikir bahwa mungkin, bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu," ujar Bahlil. Bahlil mengatakan rencana penyetopan impor tersebut akan dilakukan secara bertahap. Di mana rencana penyetopan itu ditargetkan akan terjadi dalam kurun waktu enam bulan ke depan. "Bertahap ya. Tahap sekarang mungkin bisa sampai 50-60 persen. Dan mungkin suatu saat akan nol," katanya. (*)