Banjir besar kembali melumpuhkan sejumlah wilayah di Kota Samarinda sejak Senin (12/5/2025), dengan Kecamatan Loa Janan Ilir menjadi zona paling terda...
POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Banjir besar kembali melumpuhkan sejumlah wilayah di Kota Samarinda sejak Senin (12/5/2025), dengan Kecamatan Loa Janan Ilir menjadi zona paling terdampak.
Jalan utama HM Rifadin terputus, permukiman terendam, dan kemacetan tak terelakkan hingga hari ketiga.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Darlis Pattalongi, menyebut situasi ini bukan sekadar musibah rutin, melainkan alarm dari masalah sistemik yang dibiarkan terlalu lama.
“Ini bukan banjir biasa. Hampir semua kawasan terdampak. Di Loa Janan dapur umum masih aktif, dan HM Rifadin lumpuh total,” ungkap Darlis, Kamis (15/5/2025).
Ia menegaskan bahwa banjir kali ini merupakan kombinasi dari curah hujan ekstrem, buruknya sistem drainase kota, serta aktivitas pertambangan yang merusak kawasan hulu.
“Jangan salahkan cuaca saja. Kegiatan tambang di hulu membuat air turun deras ke Samarinda. Kita hanya jadi tempat buangan,” tegasnya.
Menurut Darlis, Pemprov Kaltim harus mengambil langkah tegas dan tidak terus-menerus terjebak dalam penanganan darurat yang reaktif.
Solusi jangka panjang adalah satu-satunya jalan keluar.
“Samarinda adalah ibu kota provinsi. Harus ada perlakuan khusus. Perbaiki drainase, evaluasi izin tambang, dan bangun infrastruktur anti-banjir,” serunya.
Kondisi di lapangan sendiri masih memprihatinkan.
Puluhan rumah di Loa Janan Ilir terendam hingga setinggi lutut.
Warga bergantung pada logistik dari relawan dan pemerintah.
Sementara itu, arus lalu lintas di Jalan HM Rifadin tersendat, memengaruhi distribusi barang dan mobilitas warga.
Meski BPBD Samarinda telah turun tangan, warga mulai kehilangan kesabaran. Mereka menuntut solusi permanen, bukan hanya bantuan darurat.
“Kalau tidak ada langkah nyata dan kebijakan menyeluruh, Samarinda akan terus tenggelam setiap musim hujan,” tutup Darlis. (adv)